Mahasiswa vs Polisi
di Makassar minggu lalu ada 'tawuran'. dua pihak yang berantem adalah mahasiswa dan polisi, kejadian lagi tuh. dulu waktu kerusuhan 98 polisi yang diturunkan masih bagian dari militer. karena kerusuhan yang sama pula, diusulkan agar polisi dikeluarkan dai militer. jadi polisi hanya sebagai sipil yang dipersenjatai, jadi sebenernya agak mirip dengan hansip atau satpam, cuma dengan perlengkapan persenjataan yang lebih lengkap dan canggih. tujuan polisi dikeluarkan dari militer, adalah agar polisi bisa lebih melaksanakan fungsinya sebagai pengayom dan pelindung.
masalahnya gimana kalo ternyata yang membuat keonaran adalah mahasiswa yang dianggep sebagai pahlawan reformasi?
polisi yang turun ke untuk mengawasi demonstrasi dan mengatasi kerusuhan adalah orang2 (juga) yang masih termasuk golongan muda, seumur dengan mahasiswa2 yang berdemonstrasi (belom sampe 23). mungkin banget lagi ngalamin fase psikologis yang sama. bukan labil, tapi yang jelas emosional, mudah terpengaruh dengan suasana, dan mudah tersulut.
untuk kasus makassar sebenernya santai2 saja (same as any other demonstration) sampai ketika mahasiswa membakar baju tentara (atau polisi?). polisi yang sedang menjaga agar demonstrasi tidak meluas menjadi kerusuhan, justru jadi tersinggung dan ganti memburu para mahasiswa yang menyebabkan 26 mahasiswa di tahan.
mahasiswa karena ngerasa punya rasa solidaritas ke temen2nya, marah dong, temen2nya ditahan, lagi demonstrasi memperjuangkan kepentingan umum, kok, di serbu. ganti mahasiswa lah yang marah. disandera-lah satu orang polisi yang sedang naik motor (yang mungkin dia ngga ikutan jagain demonstrasi) biar bisa dituker dengan 26 mahasiswa (kasian bener ya 26 mahasiswa itu, mereka semua 'cuma' senilai satu orang polisi! kenpaa nggak nyandera 26 polisi?? sama2 manusia kok).
lalu gantian polisi lagi yang marah, (juga) karena rasa solidaritas. lagi jaga kok, melaksanakan tugas, menertibkan, kok pake sandera2 polisi segala? ni harus dibales nih. diserbu-lah UMI. sekian banyak mahasiswa luka2 (tidak sedikit yang luka-nya di kepala karena di pukuli dengan tongkat, pistol, atau dibenturkan ke tembok atau permukaan keras lainnya) padahal polisi yang disandera udah dilepaskan.
dan besoknya, i have no idea for what reason, mahasiswa memblokir jalan yang melalui kampus UMI.
membingungkan ya .. balasannya bisa nggak adil banget, selalu dibales dengan yang lebih hebat. siapa yang salah?
mahasiswakah? atau polisi? masyarakat, anggota DPR komisi I (juga) menyalahkan polisi yang dianggap menyakiti anak bangsa sang pahlawan reformasi. sampai memberikan tuntutan Kapolri harus mundur untuk bertanggung jawab atas insiden di Makassar, padahal Kapolda Makassar sudah diganti.
g sampe bingung sendiri,
kenapa sekarang mahasiswa dianggap sebagai dewa yang ngga mungkin punya salah? sama sekali tidak disalahkan, padahal bisa dibilang mahasiswa yang justru mulai memprovokasi 'kemarahan' polisi.
kenapa memilih model demonstrasi yang rawan kerusuhan gitu? memungkinkan menyulut kemarahan kelompok lain. kalo mau memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak, atau memperjuangkan keyakinan mereka, kan bisa pake cara2 yang lebih 'pintar' seperti diskusi dengan anggota DPR, atau bikin petisi minta tanda tangan dari anggota masyarakat
kenapa juga mesti membakar seragam? apa ngaruhnya atau nyambungnya dengan topik demonstrasi, i don't think it'll make the world a better place to live.
kenapa polisi mesti marah? it's just a piece of cloth ..
apakah polisi melihat seragam seperti bendera? surely kehormatan korps kepolisian masih jauh lebih besar. masak 'di colek' gitu doang udah dengan mudah 'terkoyak' (..deuh bahasanya.. ^_^;;)
kenapa harus menyandera? kan akan lebih terhormat membebaskan teman2nya lewat jalur hukum? padahal mereka dulu begitu memperjuangkan supremasi hukum. orang ga bisa main hakim sendiri menghukum pihak lain
kenapa mesti memblokir jalan di depan kampu? padahal jalan itu milik umum, bukan milik warga kampus itu sendiri, malah merugikan masyarakat sekitar dong jadi merasa nggak aman, akses ke tempat2 tertentu keputus. dan yang jelas ngga banyak dapet simpati masyarakat.
apa Kapolri juga harus dengan ikhlas mengundurkan diri sebagai tanda merasa ikut bertanggung jawab? ga masuk akal kayanya, apa kalo ada yang nyolong sendal, presiden juga harus mengundurkan diri karena secara moral juga bertanggung jawab? itu juga ga akan bikin keadaan jadi lebih baik
kayaknya pada ngga menempatkan masalah pada tempatnya ya?
dan tadi pagi liat berita, polisi yang keliatan memukuli mahasiswa dihukum penjara 21 hari dan denda/sanksi sekian rupiah, ada ga ya mahasiswa yang bakar baju tentara yang dihukum? as my father said, hukum pasti emang ga ada, tapi kan ada etika tidak tertulis, dan iya kan? hukum yang menyatakan 'gak boleh bakar baju tentara' ga ada, tapi bisa dikenakan pasal sekian tentang 'menyebarkan kebencian dan permusuhan'
bukannya g belain polisi, tapi menurut gue, itu contoh ketidak-adilan yang di-legalkan!
Friday, May 07, 2004
bla bla bla
Previous Posts
- Kuper Me .. :( dua hari lalu g harus pergi ke sua...
- Most stupid conversation I saw the trailer of a n...
- Songs and Bands Lagi ada band dan lagu keren2 nih...
- I am 12% evil. I try to stay away from evil deeds ...
- Aplikasi tambal sulam selama kerja satu hal yang ...
- owh maan ... (two weeks to go... can't hardly wait...
- One of my favourites from The Prophet by Kahlil Gi...
- HELP! ok .. basically i got the confirmation and ...
- programmer only ... *kalo bukan ato belom pernah j...
- ga sempet nulis, tapi sempet ngedit kiriman temen ...
0 Comments:
Post a Comment
<< Home